Cita yang tinggi membutuhkan proses dan pengorbanan, Jika
saja semua cita terjadi instan bagai sebungkus mie rebus. Seorang pedagang
sukses tidak akan rela bangun di pagi buta hanya karena niaganya. Seorang
Ulama’ tidak perlu bersusah payah mengorbankan waktu untuk menghafal berbagai
matan kitab dari yang berparagraf hingga yang berbait rapi...
Jika saja semua cita terjadi instan . Atlet profesional akan
lebih senang bersantai dari pada menyiksa tubuh dengan berbagai porsi latihan
yang menyiksa. Semuanya membutuhkan proses dan pengorbanan. Lalu bagaimana jika
mati paling mulia yang dicita ???
Sepertinya jalan masih begitu panjang...
Lisan masih saja mudah dan ringan mengiris perasaan teman,
sahabat, dan sanak saudara. Dengki selalu menggantung di hati memandang
kesuksesan tetangga. Itsar yang dianjurkan hanya sebatas pengetahuan belaka
tanpa amalan nyata. Fitnah wanita dunia yang tak jua mereda. Hari menjadi berlalu
tanpa guna bagi diri dan manusia. Hanya menambah dosa dan murka sang pencipta.
Sepertinya jalan masih begitu panjang...
Iqomah masih menjadi patokan sholat lima waktu tiba. Makanan
yang sedikit terlalu berat ditinggal berpuasa. Berselimut lebih menenangkan
dibanding bermunajat di heningnya malam yang tak lagi gulita. Mushaf Alquran
bak pajangan dinding yang tak berharga. Hidup sederhana sudah melupakan I’dad
perintah agama, walau sekedar berlari menambah dahaga.
Memang sepertinya jalan masih begitu panjang kawan...
*Negeri antah berantakan
0 Komentar:
Posting Komentar