Tidak
jarang kita mendengar di lingkungan kita seseorang yang menghina atau
mengolok-olok saudaranya, atau sebuah kelompok melakukan hal itu terhadap
kelompok yang lain. Hal ini bukanlah suatu hal yang asing lagi di lingkungan
kita berada pada zaman ini. Di jalanan ketika kita pergi menuju kampus atau
sekolah, di ruang kelas ketika kita sedang berada di dalamnya, bahkan yang
membuat hati miris adalah ketika kita mendengar hal ini berada di dalam Masjid.
Berapa
banyak sebuah pertikaian yang ada di bumi Allah ini terjadi karena dimulai
dengan saling hina dan ejek. Berapa banyak pula kasus pembunuhan kita
mendengarnya setiap hari melalui media cetak dan elektronik yang diawali dengan
pertikaian mulut. Kalaulah boleh ditarik kesimpulan tidaklah sebuah pertikaian,
pembunuhan, dan pertengkaran terjadi kecuali selalu diawali dengan peperangan
mulut dengan saling hina, ejek, dan menjatuhkan satu sama lain.
Di
dalam sebuah ayat Allah Subhanahu wa ta’ala melarang orang-orang beriman untuk
saling menghina dan mengolok-olok orang lain, karena bisa jadi orang yang
dihina atau diolok-olok lebih baik dan lebih mulia dibanding dengan orang yang
menghina dan mengolok-olok.
يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا لَا يَسْخَرْ قَوْمٌ مِنْ قَوْمٍ عَسَى أَنْ
يَكُونُوا خَيْرًا مِنْهُمْ وَلَا نِسَاءٌ مِنْ نِسَاءٍ عَسَى أَنْ يَكُنَّ
خَيْرًا مِنْهُنَّ وَلَا تَلْمِزُوا أَنْفُسَكُمْ وَلَا تَنَابَزُوا
بِالْأَلْقَابِ بِئْسَ الِاسْمُ الْفُسُوقُ بَعْدَ الْإِيمَانِ وَمَنْ لَمْ يَتُبْ
فَأُولَئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ.
“Hai
orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain, karena
boleh jadi mereka (yang diolok-olokan) lebih baik dari mereka (yang
mengolok-olok). Dan janganlah pula perempuan mengolok-olok perempuan yang lain,
karena boleh jadi perempuan (yang diolok-olokan) lebih baik dari perempuan
(yang mengolok-olok). Dan janganlah kamu saling mencela satu sama lain, dan
jangan memanggil dengan gelaran yang buruk. Seburuk-buruk panggilan adalah
(panggilan) yang buruk (fasik) dan barangsiapa yang tidak bertobat, maka mereka
itulah orang-orang yang dzalim.” (Qs. Al hujurat:11)
Dalam
tafsir At thobari Ahlu ta’wil berbeda pendapat tentang maksud ejekan atau
hinaan yang dilarang oleh Allah dalam ayat ini. Sebagian berkata bahwa yang
dimaksud hinaan adalah hinaan seorang kaya kepada si fakir, yaitu dilarang
menghina orang fakir karena kefakirannya. Sebagian yang lain berkata bahwa
maksud hinaan yang dilarang adalah dengan membuka aib atau dosa orang beriman
yang telah ditutup oleh Allah Subhanahu wa ta’ala.
Sedangkan
perkataan yang benar menurut At thobari tentang arti hinaan yang dilarang oleh
Allah dalam ayat tersebut adalah hinaan secara umum, yaitu Allah melarang untuk
menghina satu sama lain dengan segala bentuk hinaan. Maka tidak dihalalkan
seorang Mu’min untuk menghina Mu’min lainnya karena kefakirannya, dosa yang
telah diperbuatnya, dan lain sebagainya.
Maka
sudah selayaknya bagi kita untuk benar-benar merenungi, memahami, mentadaburi,
dan kemudian berusaha untuk mengamalkan ayat yang terdapat dalam surat Al
hujurat tersebut. Seseorang menghina atau mengolok-olok saudaranya tetapi tanpa
disadari ternyata yang dihina lebih baik dan lebih mulia dari yang menghina.
“Seorang
muslim adalah orang yang kaum muslimin selamat dari gangguan lisan dan
tangannya.”(HR. Al-Bukhari)
Kita
memohon kepada Allah Subhanahu wa ta’ala agar lisan kita terjaga dari perkataan
yang dikategorikan oleh-Nya sebagai bentuk penghinaan kepada saudara seiman
kita.
0 Komentar:
Posting Komentar