Setiap
manusia yang pernah hidup di dunia ini pasti pernah melakukan kesalahan. Tidak
memandang tingginya jabatan seseorang atau banyaknya harta yang dimilikinya,
kesalahan pasti pernah dilakukan. Kesalahan bisa saja dilakukan manusia dengan
rasa sadar dan kesengajaan, ada juga manusia yang melakukannya tanpa kesadaran
dan kesengajaan. Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam bersabda:
“Setiap
Bani Adam pasti pernah bersalah, dan sebaik-baik orang yang bersalah adalah yang
bertaubat” (HR Tirmidzi, Ibnu Majah, & Al-Hakim)
Karena
hati manusia terkadang salah dalam melaksanakan niat, kedua mata tanpa sengaja
melihat sesuatu yang diharamkan untuk melihatnya. Lidah yang tak bertulang
terkadang menjadi setajam pedang untuk menghina dan mencaci sesama. Telinga
yang seharusnya digunakan untuk mendengarkan hal yang baik, terkadang masih
saja menikmati ketika mendengar musik-musik suara setan yang terdengar di
jalanan. Untuk itulah Rasulullah menyatakan bahwa sebaik-baik orang yang
bersalah adalah yang bertaubat.
Banyak
terdapat ayat Al qur’an dan Hadist yang memerintahkan kepada seorang Muslim
untuk bertaubat dan beristighfar kepada Allah ketika melakukan kesalahan dan
dosa. Karena diantara sifat Allah adalah Maha Pengampun dan Penyayang, sudah
seharusnya seorang Muslim untuk meyakini bahwa dosa dan kesalahan yang
diperbuat akan diampuni oleh-Nya.
“Dan
barangsiapa mengerjakan kejahatan dan menganiaya dirinya sendiri, kemudian ia
memohon ampunan kepada Allah, niscaya ia mendapati Allah Maha pengampun lagi Maha
Penyayang.” (An-Nisa’: 110)
“Maka
mengapa mereka tidak bertaubat kepada Allah dan memohon ampun kepadaNya? Dan
Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Al-Maidah: 74)
“Katakanlah:
‘Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri,
janganlan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni
dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah yang maha pengampun lagi Maha
penyayang.” (Az-Zumar: 53)
Seseorang
yang bertaubat dan memohon ampunan kepada Allah subhanahu wa ta’ala dijanjikan
akan mendapatkan ampunan dan surga yang di dalamnya mengalir sungai-sungai.
Mereka juga akan kekal di dalam sana.
“Dan
(juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri
sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka
dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain daripada Allah? Dan mereka
tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui. Mereka itu
balasannya ialah ampunan dari Tuhan mereka dan surga yang mengalir di dalamnya
sungai-sungai, sedang mereka kekal di dalamnya, dan itulah sebaik-baik pahala
orang-orang yang beramal.” (Ali-Imran: 135-136)
Disebutkan
dalam sebuah hadist yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, Rasulullah Shalallahu
alaihi wa sallam sebagai Nabi dan Rasul terakhir yang dosanya telah diampuni,
baik yang lalu maupun yang akan datang oleh Allah Subhanahu wa ta’ala selalu
bertaubat meminta ampunan seratus kali dalam sehari. Lalu, sudahkah kita yang
tidak mendapatkan jaminan untuk meniru apa yang dilakukan Rasulullah dan beliau
adalah suri tauladan kita ?
“Wahai
sekalian manusia, bertaubatlah kepada Allah dan memohonlah ampun kepada-Nya,
sesungguhnya aku bertaubat dalam sehari sebanyak 100 kali.” (HR. Muslim)
Salah
satu dari manfaat memperbanyak istighfar adalah mendapatkan jalan keluar dalam
setiap kesempitan, menghilangkan kesedihan dan tergantikan dengan kelapangan,
dan datangnya rezeki dari arah yang tak pernah disangka. Maka, apakah dapat
disimpulkan seseorang yang selalu dalam keadaan sedih, merasa sempit, dan
kurang rezeki berarti kurang beristighfar ?
“Barangsiapa
senantiasa beristighfar, niscaya Allah menjadikan untuk setiap kesedihannya
kelapangan dan untuk setiap kesempitannya jalan keluar, dan akan diberi-Nya
rezeki dari arah yang tiada disangka-sangka.” (HR. Abu Daud)
Allah
Subhanahu wa ta’ala akan senantiasa menerima taubat hamba-Nya kecuali dalam
waktu berikut. Pertama ketika matahari telah terbit dari barat, dan yang kedua
ketika nyawa seseorang telah sampai di kerongkongan atau hendak meninggal
dunia.
“Barangsiapa
bertaubat sebelum matahari terbit dari barat niscaya Allah menerima taubatnya.”
(HR. Muslim)
“Dan
tidaklah taubat itu diterima Allah dari orang-orang yang mengerjakan kejahatan
(yang) hingga apabila datang ajal kepada seseorang di antara mereka, (barulah)
ia mengatakan: “sesungguhnya aku bertaubat sekarang.” (An-Nisa’: 18)
Oleh
karena itu, sudah selayaknya seorang Muslim untuk senantiasa bertaubat dan
memohon ampunan atas dosa, maksiat, serta kesalahan yang telah diperbuat dalam
keadaan dan kondisi apapun, sebelum ajal datang menjemput. Sehingga tak lagi
ada kesempatan untuk memohon ampunan, dan hanya akan meninggalkan penyesalan
yang tiada akan pernah berakhir.
0 Komentar:
Posting Komentar