Selasa, 30 Oktober 2012

Muhasabah

Cita yang tinggi membutuhkan proses dan pengorbanan, Jika saja semua cita terjadi instan bagai sebungkus mie rebus. Seorang pedagang sukses tidak akan rela bangun di pagi buta hanya karena niaganya. Seorang Ulama’ tidak perlu bersusah payah mengorbankan waktu untuk menghafal berbagai matan kitab dari yang berparagraf hingga yang berbait rapi...

Jika saja semua cita terjadi instan . Atlet profesional akan lebih senang bersantai dari pada menyiksa tubuh dengan berbagai porsi latihan yang menyiksa. Semuanya membutuhkan proses dan pengorbanan. Lalu bagaimana jika mati paling mulia yang dicita ???

Sepertinya jalan masih begitu panjang...

Lisan masih saja mudah dan ringan mengiris perasaan teman, sahabat, dan sanak saudara. Dengki selalu menggantung di hati memandang kesuksesan tetangga. Itsar yang dianjurkan hanya sebatas pengetahuan belaka tanpa amalan nyata. Fitnah wanita dunia yang tak jua mereda. Hari menjadi berlalu tanpa guna bagi diri dan manusia. Hanya menambah dosa dan murka sang pencipta.


Sepertinya jalan masih begitu panjang...

Iqomah masih menjadi patokan sholat lima waktu tiba. Makanan yang sedikit terlalu berat ditinggal berpuasa. Berselimut lebih menenangkan dibanding bermunajat di heningnya malam yang tak lagi gulita. Mushaf Alquran bak pajangan dinding yang tak berharga. Hidup sederhana sudah melupakan I’dad perintah agama, walau sekedar berlari menambah dahaga.

Memang sepertinya jalan masih begitu panjang kawan...

*Negeri antah berantakan


0 Komentar:

Posting Komentar

 
;