Sabtu, 21 Juli 2012

Bisa Jadi Mereka Lebih Baik Darimu

Tidak jarang kita mendengar di lingkungan kita seseorang yang menghina atau mengolok-olok saudaranya, atau sebuah kelompok melakukan hal itu terhadap kelompok yang lain. Hal ini bukanlah suatu hal yang asing lagi di lingkungan kita berada pada zaman ini. Di jalanan ketika kita pergi menuju kampus atau sekolah, di ruang kelas ketika kita sedang berada di dalamnya, bahkan yang membuat hati miris adalah ketika kita mendengar hal ini berada di dalam Masjid.

Berapa banyak sebuah pertikaian yang ada di bumi Allah ini terjadi karena dimulai dengan saling hina dan ejek. Berapa banyak pula kasus pembunuhan kita mendengarnya setiap hari melalui media cetak dan elektronik yang diawali dengan pertikaian mulut. Kalaulah boleh ditarik kesimpulan tidaklah sebuah pertikaian, pembunuhan, dan pertengkaran terjadi kecuali selalu diawali dengan peperangan mulut dengan saling hina, ejek, dan menjatuhkan satu sama lain.

Di dalam sebuah ayat Allah Subhanahu wa ta’ala melarang orang-orang beriman untuk saling menghina dan mengolok-olok orang lain, karena bisa jadi orang yang dihina atau diolok-olok lebih baik dan lebih mulia dibanding dengan orang yang menghina dan mengolok-olok.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا لَا يَسْخَرْ قَوْمٌ مِنْ قَوْمٍ عَسَى أَنْ يَكُونُوا خَيْرًا مِنْهُمْ وَلَا نِسَاءٌ مِنْ نِسَاءٍ عَسَى أَنْ يَكُنَّ خَيْرًا مِنْهُنَّ وَلَا تَلْمِزُوا أَنْفُسَكُمْ وَلَا تَنَابَزُوا 
بِالْأَلْقَابِ بِئْسَ الِاسْمُ الْفُسُوقُ بَعْدَ الْإِيمَانِ وَمَنْ لَمْ يَتُبْ فَأُولَئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ.

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain, karena boleh jadi mereka (yang diolok-olokan) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok). Dan janganlah pula perempuan mengolok-olok perempuan yang lain, karena boleh jadi perempuan (yang diolok-olokan) lebih baik dari perempuan (yang mengolok-olok). Dan janganlah kamu saling mencela satu sama lain, dan jangan memanggil dengan gelaran yang buruk. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk (fasik) dan barangsiapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang dzalim.” (Qs. Al hujurat:11)

Dalam tafsir At thobari Ahlu ta’wil berbeda pendapat tentang maksud ejekan atau hinaan yang dilarang oleh Allah dalam ayat ini. Sebagian berkata bahwa yang dimaksud hinaan adalah hinaan seorang kaya kepada si fakir, yaitu dilarang menghina orang fakir karena kefakirannya. Sebagian yang lain berkata bahwa maksud hinaan yang dilarang adalah dengan membuka aib atau dosa orang beriman yang telah ditutup oleh Allah Subhanahu wa ta’ala.

Sedangkan perkataan yang benar menurut At thobari tentang arti hinaan yang dilarang oleh Allah dalam ayat tersebut adalah hinaan secara umum, yaitu Allah melarang untuk menghina satu sama lain dengan segala bentuk hinaan. Maka tidak dihalalkan seorang Mu’min untuk menghina Mu’min lainnya karena kefakirannya, dosa yang telah diperbuatnya, dan lain sebagainya.

Maka sudah selayaknya bagi kita untuk benar-benar merenungi, memahami, mentadaburi, dan kemudian berusaha untuk mengamalkan ayat yang terdapat dalam surat Al hujurat tersebut. Seseorang menghina atau mengolok-olok saudaranya tetapi tanpa disadari ternyata yang dihina lebih baik dan lebih mulia dari yang menghina.

“Seorang muslim adalah orang yang kaum muslimin selamat dari gangguan lisan dan tangannya.”(HR. Al-Bukhari)

Kita memohon kepada Allah Subhanahu wa ta’ala agar lisan kita terjaga dari perkataan yang dikategorikan oleh-Nya sebagai bentuk penghinaan kepada saudara seiman kita. 

   

0 Komentar:

Posting Komentar

 
;